Apokalipsis Petrus

Bagian awal fragmen Apokalipsis Petrus versi Yunani yang ditemukan di Akhmim, Mesir
Bagian dari seri
Apokrifa Perjanjian Baru
Halaman pertama Injil Yudas
(Halaman 33 Kodeks Tchacos)
Sastra Bapa Apostolik
Injil Apokrif
Injil-injil orang Kristen-Yahudi
  • Injil orang Ebyonim
  • Injil orang Ibrani
  • Injil orang Nasrani
Injil Tufuliyah
Injil Gnostik
Lain-lain
Injil yang sudah hilang
Surat yang sudah hilang
Kisah
  • Andreas
  • Andreas dan Bartolomeus
  • Barnabas
  • Yohanes
  • Mar Mari
  • Para Martir
  • Paulus
  • Petrus
  • Petrus dan Andreas
  • Petrus dan Paulus
  • Petrus dan Kedua Belas Rasul
  • Filipus
  • Pilatus
  • Tadeus
  • Tomas
  • Timotius
  • Ksantipe, Poliksena, dan Ribka
Lain-lain
Apokrifa lain
Topik terkait
 Portal Kristen
  • l
  • b
  • s

Apokalipsis Petrus[note 1] atau Wahyu kepada Petrus adalah karya tulis Kristen Purba abad ke-2 dan salah satu karya sastra apokalipsis. Karya sastra ini merupakan peninggalan tertulis paling tua yang memuat penggambaran surga dan neraka versi Kristen secara terperinci. Apokalipsis Petrus dipengaruhi kesusastraan apokalipsis Yahudi maupun filsafat Helenistis Yunani. Karya sastra ini terlestarikan dalam dua versi berlainan yang diturunkan dari satu karya asli Yunani-Koine yang sudah musnah, yaitu versi Yunani yang lebih pendek dan versi Habasyi yang lebih panjang.

Apokalipsis Petrus adalah karya sastra pseudepigraf, digadang-gadang sebagai karya tulis murid Petrus, tetapi penulis yang sesungguhnya tidak diketahui. Isinya adalah penjabaran penglihatan gaib yang dialami Petrus. Sesudah mengulik tanda-tanda Kedatangan Kali Kedua Kristus, Apokalipsis Petrus lantas menjabarkan penglihatan gaib tentang akhirat (katabasis), serta memerinci aneka pahala nikmat surgawi yang diperuntukkan bagi orang-orang benar maupun aneka ganjaran siksa neraka yang diperuntukkan bagi orang-orang terlaknat. Siksa neraka pada khususnya digambarkan dengan sangat hidup dan bersifat jasmaniah, serta kurang-lebih sejalan dengan asas "mata ganti mata" (lex talionis). Penghujat digelantungkan dengan lidahnya, saksi dusta ditebas bibirnya, hartawan bakhil dipakaikan gombal compang-camping layaknya pengemis lantas ditembuk batu-batu tajam lagi panas membara, dan seterusnya.

Meskipun tidak menjadi bagian dari kanon baku Perjanjian Baru, Apokalipsis Petrus tergolong ke dalam kelompok karya sastra apokrif Perjanjian Baru, dan tersenarai di dalam kanon fragmen Muratori, yakni daftar kitab Kristen berterima dari abad ke-2 yang merupakan salah satu purwa-kanon tertua yang masih lestari hingga sekarang. Meskipun demikian, fragmen Muratori mengungkapkan keragu-raguannya akan ketulenan Apokalipsis Petrus dengan mengatakan bahwa beberapa pihak berwenang tidak akan mengizinkan karya tulis itu dibacakan di dalam gereja. Meskipun memengaruhi berbagai karya sastra Kristen yang ditulis pada abad ke-2, ke-3, dan ke-4, Apokalipsis Petrus akhirnya dicap gadungan dan lambat laun ditinggalkan orang, kalah pamor dari Apokalipsis Paulus, karya sastra abad ke-4 yang sarat dengan pengaruh Apokalipsis Petrus lantaran menjabarkan penglihatan gaib yang sudah dimutakhirkan tentang surga dan negara. Apokalipsis Petrus merupakan contoh karya tulis dari ragam sastra yang sama dengan Divina Commedia karangan Dante yang terkenal itu, yakni ragam sastra yang mengisahkan petualangan tokoh utamanya ke alam akhirat.

Ancar-ancar waktu penulisan

Mediterania Timur sekitar tahun 100 Masehi. Para sarjana menduga bahwa penulis Apokalipsis Petrus adalah warga Yudea jajahan Romawi[1] atau Mesir jajahan Romawi.[2][3][4]

Apokalipsis Petrus agaknya ditulis dalam rentang waktu tahun 100 sampai tahun 150 tarikh Masehi. Terminus post quem atau batas akhir rentang pekiraan waktu penulisan Apokalipsis Petrus ditetapkan berdasarkan kesan yang tampak bahwa besar kemungkinannya karya tulis ini menyitir 4 Ezra, karya sastra yang ditulis sekitar tahun 100 tarikh Masehi.[5] Apokalipsis Petrus dikutip di dalam parwa ke-2 Orakel Sibila (sekitar tahun 150), disebut judulnya maupun dikutip isinya di dalam Nukilan Nubuat yang ditulis Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 200),[6] dan tercantum di dalam fragmen Muratori yang sudah jamak diperkirakan berasal dari perempat akhir abad ke-2 (sekitar tahun 170–200).[7] Semua fakta di atas mengisyaratkan bahwa Apokalipsis Petrus sudah ada sekitar tahun 150 tarikh Masehi.[8]

Richard Bauckham mengusulkan rentang perkiraan waktu yang lebih sempit, yaitu rentang waktu pemberontakan Bar Kokba (tahun 132–136), dan menduga bahwa penulisnya adalah seorang Kristen Yahudi warga Yudea jajahan Romawi, daerah yang terdampak pemberontakan tersebut.[note 2] Sarjana-sarjana lain mengusulkan Mesir jajahan Romawi sebagai perkiraan tempat penulisannya.[note 3]

Sejarah naskah

Dari Abad Pertengahan sampai tahun 1886, keberadaan Apokalipsis Petrus hanya diketahui melalui kutipan-kutipan dan penyebutan-penyebutan judulnya di dalam karya-karya sastra Kristen Purba.[13] Sebuah naskah terfragmentasi dalam Yunani Koine yang sudah terfragmentasi ditemukan dalam ekskavasi yang diprakarsai Gaston Maspéro pada musim 1886–1887 di sebuah nekropolis padang gurun di Akhmim, Mesir Hulu. Fragmen tersebut terdiri atas lembaran-lembaran perkamen yang diklaim didapati tersimpan di dalam pusara seorang rahib Kristen.[14] Ada banyak sekali perkiraan waktu pembuatan naskah ini. Paleograf Guglielmo Cavallo dan papirolog Herwig Maehler memperkirakan bahwa mungkin sekali naskah ini dihasilkan pada akhir abad ke-6.[15] Naskah Yunani tersebut kini tersimpan di Museum Kubti, kawasan Kota Tua Kairo.[15]

Pada abad ke-19, penjelajah Prancis Antoine d'Abbadie berhasil mengumpulkan banyak naskah di Etiopia, tetapi sebagian besar ditelantarkan berdasawarsa lamanya tanpa diteliti maupun diterjemahkan.[16] Sekumpulan besar karya sastra Klemens Habasyi koleksi Antoine d'Abbadie diterbitkan bersama terjemahannya ke dalam bahasa Prancis dalam rentang waktu tahun 1907 sampai 1910.[17] Pada tahun 1910, sesudah membaca terjemahan-terjemahan Prancis tersebut, sarjana Inggris M. R. James menginsyafi keterkaitannya yang erat dengan Apokalipsis Petrus versi Yunani yang ditemukan di Akhmim, sekaligus keberadaan Apokalipsis Petrus versi Habasyi di dalam kumpulan tersebut.[18][19] Naskah Habasyi lain ditemukan secara terpisah di pulau Kebrān yang terletak di tengah Danau Tana pada tahun 1968.[20] Versi-versi Habasyi ini tampaknya adalah terjemahan versi Arab, dan versi Arab itu sendiri adalah terjemahan versi asli Yunani yang sudah musnah. Naskah Antoine d'Abbadie diperkirakan berasal dari abad ke-15 atau ke-16, sementara naskah Danau Tana mungkin saja berasal dari abad ke-18.[21]

Sudah ditemukan pula dua fragmen pendek Apokalipsis Petrus versi Yunani, kedua-duanya pertama kali ditemukan di Mesir. Yang pertama adalah fragmen Bodley, serpihan naskah dari abad ke-5 yang ditemukan pada tahun 1895 dan kini tersimpan di Perpustakaan Bodley. Yang kedua adalah fragmen Rainer, bagian dari Koleksi Papirus Adipati Agung Rainer di Wina, yang ditemukan pada dasawarsa 1880-an tetapi baru diakui relevansinya dengan Apokalipsis Petrus pada tahun 1929.[22] Fragmen Rainer diperkirakan berasal dari abad ke-3 atau ke-4 oleh M. R. James pada tahun 1931,[23][16] tetapi analisis yang dilakukan kemudian hari mengisyaratkan bahwa fragmen Rainer berasal dari naskah yang sama dengan fragmen Bodley, dan oleh karena itu juga berasal dari abad ke-5.[15][24] Kedua fragmen ini menampakkan perbedaan-perbedaan yang signifikan dari versi-versi lain. Di dalam naskah-naskah Habasyi, Apokalipsis Petrus hanyalah satu bagian dari bunga rampai karya tulis yang dijuduli "Kedatangan Kali Kedua Kristus dan Kebangkitan Orang Mati", disusul satu lagi karya tulis yang dijuduli "Rahasia Penghakiman Orang Berdosa".[25] Total ada lima naskah Apokalipsis Petrus saat ini, yaitu dua naskah Habasyi dan tiga fragmen naskah Yunani.[26][27]

Rata-rata sarjana yakin bahwa versi-versi Habasyi lebih mendekati versi asli, sementara naskah Yunani yang ditemukan di Akhmim merupakan versi yang lebih muda dan sudah mengalami penyuntingan.[28] Keyakinan ini berangkat dari beberapa alasan. Yang pertama, versi Akhmim lebih pendek isinya, sementara versi Habasyi sejalan dengan keterangan di dalam Stikometria Nikeforus tentang jumlah kalimat Apokalipsis Petrus. Yang kedua, rujukan kepada maupun petikan dari Apokalipsis Petrus di dalam karya-karya sastra patristika tampaknya lebih selaras dengan versi Habasyi. Yang ketiga, versi Habasyi lebih selaras dengan isi fragmen Rainer dan fragment Bodley. Yang keempat, versi Akhmim tampaknya berusaha menyelaraskan Apokalipsis Petrus dengan Injil Petrus (juga terdapat di dalam naskah Akhmim), yang sudah barang tentu menghasilkan revisi di sana-sini.[8][18][29][16]

Isi

Apokalipsis Petrus ditulis sedemikian rupa sehingga terkesan seperti wejangan dari Yesus kepada para pengikutnya. Di dalam versi Habasyi, Rasul Petrus, atas izin Kristus yang sudah bangkit, mendapat penglihatan gaib tentang neraka disusul penglihatan gaib tentang surga. Di dalam versi Akhmim, Rasul Petrus, atas izin Kristus selagi masih hidup dan berkiprah di dunia, mendapatkan penglihatan gaib tentang surga disusul penglihatan gaib tentang neraka. Selanjutnya, dengan gaya katabasis atau nekyia khas sastra Yunani, secara terperinci dijabarkan ganjaran siksa neraka untuk tiap-tiap jenis kejahatan, serta sekilas gambaran tentang keadaan surga.[30]

Kedatangan kali kedua

Pada bagian mukadimah, para murid menanyakan tanda-tanda Kedatangan Kali Kedua (parousia) saat berada di Bukit Zaitun. Pada bab 2 versi Habasyi, di dalam rangkaian kalimat yang terkesan seperti perluasan dari wejangan "Kiamat Kecil" di dalam nas Matius 24, Petrus meminta penjelasan tentang arti perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas dan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah.[31] Yesus menyatukan kedua perumpamaan tersebut di dalam sebuah alegori yang terperinci. Keterangan waktu "musim panas" diganti menjadi "akhir zaman"; pohon ara melambangkan Israel, dan tunas-tunasnya melambangkan orang-orang Yahudi yang sudah menerima Yesus sebagai Mesias dan gugur sebagai martir.[32] Apokalipsis Petrus selanjutnya menyajikan gambaran akhir zaman yang menyertai Kedatangan Kali Kedua: api dan gelap gulita akan melanda dunia, Kristus yang bertajuk bermahkota akan turun kembali dalam kemuliaan, dan orang-orang dari segala bangsa akan menyeberangi sungai berapi. Orang-orang pilihan akan lolos melewati ujian itu tanpa cedera apa-apa, tetapi orang-orang berdosa akan digiring ke suatu tempat untuk diganjari siksa neraka atas segala pelanggaran mereka.[33]

Siksa dan pahala

Apokalipsis Petrus selanjutnya menjabarkan hukuman-hukuman yang menanti para durjana. Banyak dari siksa neraka dilaksanakan di bawah pengawasan Ezrael, Malaikat Murka (kemungkinan besar Malaikat Azrael, tetapi kemungkinan besar juga merupakan kekeliruan penulisan nama Malaikat Sariel). Malaikat Uriel membangkitkan orang-orang mati ke dalam jasad yang baru sehingga dapat diganjari nikmat maupun siksa badani.[34][35] Jenis-jenis siksa neraka menurut penglihatan gaib tersebut adalah:

  • Penghujat digelantungkan dengan lidahnya.
  • Orang yang mengingkari keadilan dijebloskan ke dalam kubangan berapi.
  • Perempuan yang berdandan untuk kepentingan zina digelantungkan dengan rambutnya di atas lumpur mendidih, dan laki-laki yang berzina dengannya digelantungkan dengan kemaluan di sebelahnya.
  • Pembunuh beserta kaki tangannya disiksa makhluk-makhluk berbisa dan cacing-cacing yang tak terhitung banyaknya.
  • Perempuan yang menggugurkan kandungannya dibenamkan ke dalam kubangan tinja setinggi leher sembari matanya dipanah dengan "kilatan api" oleh anak-anak yang digugurkannya.
  • Bagi orang tua yang membunuh anaknya, air susu ibu mereka akan menggumpal dan berubah menjadi binatang-binatang pemakan daging yang lantas menyiksa kedua orang tua itu, sementara anak yang mereka bunuh diserahkan ke dalam pengasuhan malaikat.
  • Penganiaya dan pengkhianat orang benar dibenamkan setengah badan ke dalam nyala api, kemudian dijebloskan ke dalam kubangan gelap, tempat jeroannya digerogoti seekor cacing yang tidak pernah tidur.
  • Orang yang mendustakan dan meragukan kebenaran Allah disiksa dengan besi panas serta dibakar matanya.
  • Pendusta yang merenggut nyawa para martir dengan dustanya ditebas bibirnya, lantas daging dan jeroannya digerogoti nyala api.
  • Hartawan yang tidak mempedulikan fakir miskin dipakaikan gombal kotor dan ditembuki batu-batu tajam lagi panas membara.
  • Pemakan riba ditegakkan pada lututnya di dalam danau limbah dan darah.
  • Laki-laki yang disanggamai layaknya perempuan, dan perempuan yang bersanggama dengan perempuan, berulang kali dijatuhkan dari tubir ngarai.
  • Pembuat berhala menyabet diri sendiri dengan cambuk berapi (menurut naskah Habasyi) atau saling dera dengan tongkat berapi (menurut naskah Akhmim).
  • Orang yang mengingkari perintah-perintah Allah dan menuruti kehendak iblis dibakar di dalam nyala api.
  • Orang yang mendurhakai orang tua diceburkan berulang kali ke dalam sungai berapi.
  • Orang yang tidak menuruti nasihat pinisepuh dipatuk burung-burung pemakan daging.
  • Perempuan yang bersanggama sebelum kawin dicincang dagingnya.
  • Budak pembangkang mengigiti lidahnya tanpa henti.
  • Orang yang berderma secara munafik dijadikan buta dan tuli, lantas dilemparkan ke atas hamparan bara api.
  • Tukang sihir digantung pada roda berapi.[32][36][37]

Penglihatan gaib tentang surga lebih pendek uraiannya daripada penglihatan gaib tentang neraka, dan dijabarkan lebih lengkap di dalam versi Akhmim. Para ahli surga dikatakan berkulit mulus seputih susu, berambut ikal, dan rata-rata elok rupawan. Bentala surga ditumbuhi aneka ragam puspa dan rempah ratus yang tak kunjung layu. Ahli surga berbusana mengilap yang terbuat dari cahaya, sama seperti para malaikat. Semua orang menyatupadukan suara melantunkan doa.[38][39]

Versi Habasyi ditutup dengan kisah kenaikan Yesus yang berlangsung di atas gunung di dalam bab 15 sampai 17. Beralaskan segumpal awan, serta didampingi Nabi Musa dan Nabi Elia, Yesus terangkat ke langit pertama, selanjutnya bertolak bertiga menuju langit kedua. Meskipun menceritakan kenaikan Yesus, bagian ini mengandung sejumlah kesejajaran dengan kisah perubahan rupa Yesus yang termaktub di dalam Injil Matius.[40] Di dalam fragmen Akhmim, yang berlatar masa hidup Yesus, baik gunung maupun kedua pendamping tidak disebutkan namanya, tetapi kedua pendamping tersebut dikisahkan berubah rupa menjadi sosok-sosok yang bersinar terang.[41]

Doa bagi orang-orang di dalam neraka

Satu isu teologis yang penting untuk dicermati hanya muncul di dalam versi Apokalipsis Petrus di dalam fragmen Rainer. Bab 14 versi fragmen Rainer menjabarkan penyelamatan para pendosa terlaknat yang didoakan oleh orang benar, sebagai berikut:[42]

Lalu akan Aku anugerahkan kepada barang siapa yang diminta dari pada-Ku oleh orang-orang yang telah Kupanggil dan Kupilih, pembebasan dari hukuman. Dan akan Aku berikan kepadanya [yakni orang yang didoakan oleh orang terpilih] baptisan yang elok di dalam keselamatan dari danau Akherousia, yang kata orang berada di padang Elision, bagian dari kebenaran bersama-sama orang-orang kudus-Ku.[42]

Kendati tidak didapati di dalam naskah-naskah terkemudian, sepertinya bagian ini merupakan unsur asli Apokalipsis Petrus, karena sejalan dengan petikan yang tercantum di dalam Orakel Sibila, yaitu:[42]

Kepada orang-orang saleh ini, Allah Yang Maha-Tak-Terbinasakan, Penguasa Alam Semesta, juga akan memberikan anugerah yang lain. Setiap kali mereka memohon Allah Yang Maha-Tak-Terbinasakan untuk menyelamatkan orang-orang dari api yang berkobar-kobar dan kertakan gigi yang tidak berkesudahan, Ia akan mengabulkannya. Sebab Ia akan mengeluarkan lagi orang-orang itu dari api yang tak kunjung padam dan menaruh mereka di tempat lain, lalu mengirim mereka, oleh karena umat kepunyaan-Nya, kepada hidup kekal yang lain bersama-sama orang-orang baka di dataran Elision, tempat Ia membuat gelombang-gelombang panjang dari danau Akherousia yang tidak berubah kedalamannya dari musim ke musim.

— Orakel Sibila, Parwa 2, 330–338[43]

Karya-karya sastra Kristen lainnya dengan kandungan serupa yang kemungkinan besar dipengaruhi nas Apokalipsis Petrus versi fragmen Rainer tersebut antara lain adalah Surat Para Rasul dan Apokalipsis Elia Kubti.[44][note 4] Nas tersebut juga masuk akal dari segi sastra, lantaran merupakan kelanjutan dari nas di dalam bab 3 yang mengisahkan bahwa Yesus mula-mula menghardik Petrus yang mengekspresikan ketakutan akan siksa neraka; Richard Bauckham menduga bahwa ketakutan itu timbul karena pihak korbanlah yang harus memohon pengampunan, bukan Petrus. Kendati tidak secara langsung menganjurkan keselamatan universal, nas ini memang menyiratkan bahwa keselamatan pada akhirnya dapat diperoleh selama orang-orang pilihan masih memiliki rasa welas asih.[42]

Naskah Habasyi mempertahankan suatu versi dari nas tersebut, tetapi berbeda dalam hal orang-orang terpilih dan orang-orang benarlah beroleh baptisan dan keselamatan di sebuah padang alih-alih di sebuah danau (di "padang Akerosya, yang disebut Aneslasleya" di dalam naskah Habasyi), mungkin saja akibat dari mencampuradukkan Akherousia dengan padang Elision.[46] Versi Habasyi, yang daftar siksa nerakanya mencakup pula siksaan-siksaan yang tidak terdapat di dalam fragmen Akhmim, dan mengatakan bahwa siksa neraka bersifat kekal—dihipotesiskan oleh banyak sarjana sebagai tambahan-tambahan yang baru dimasukkan kemudian hari.[47] Meskipun demikian, karya-karya sastra Klemens lainnya di dalam naskah Habasyi yang berbicara tentang tindakan besar kerahiman ilahi di masa mendatang dan harus dirahasiakan, tetapi nantinya akan menyelamatkan beberapa pendosa dari neraka, menyiratkan bahwa kepercayaan semacam ini belum sepenuhnya hilang.[48][49][50]

Pengaruh, ragam sastra, dan karya-karya tulis terkait

Fragmen Apokalipsis Petrus yang tersimpan di Perpustakaan Bodley

Sebagaimana disiratkan oleh judulnya, Apokalipsis Petrus tergolong dalam ragam sastra apokalipsis. Kata Yunani apokalipsis secara harfiah berarti "pewahyuan", dan apokalipsis biasanya menyajikan pewahyuan rahasia-rahasia gaib dari tokoh ilahi kepada seorang tokoh insani—dalam kasus Apokalipsis Petrus, dari Yesus kepada Petrus.[51] Sama seperti banyak apokalipsis lain, Apokalipsis Petrus adalah karya tulis pseudopigraf, yakni karya tulis yang mendaku-daku ditulis oleh seorang tokoh ternama demi mendongkrak kewibawaan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.[52] Apokalipsis Petrus merupakan salah satu contoh tertua katabasis Kristen-Yahudi. Katabasis adalah ragam sastra yang menggambarkan alam dan takdir orang mati secara eksplisit.[53]

Pendahulu

Sebagian besar kajian ilmiah atas Apokalipsis Petrus dilakukan untuk menentukan kadar pengaruh dari karya-karya sastra sebelumnya. Kajian-kajian terdahulu pada umumnya menitikberatkan akar filsafat dan fikrah Helenistisnya. Nekiya, karya tulis Albrecht Dieterich terbitan tahun 1893 yang semata-mata didasarkan pada naskah Akhmim, mengidentifikasi kesejajaran dan keterkaitan dengan tradisi agama Orfika dan konteks budaya Yunani.[54] Risalah filsuf Platon, Faidon, kerap dijadikan salah satu contoh utama dari sastra kepercayaan bangsa Yunani tentang hakikat akhirat yang mendahului dan memengaruhi Apokalipsis Petrus.[39] Kajian ilmiah terkemudian yang dilakukan oleh Martha Himmelfarb dan peneliti-peneliti lain sudah pula menitikberatkan akar Yahudi yang kuat dari Apokalipsis Petrus. Tampaknya apokalipsis adalah ragam sastra yang populer di kalangan umat Yahudi pada zaman penjajahan bangsa Yunani dan Romawi. Sebagian besar isi Apokalipsis Petrus mungkin saja didasarkan pada atau dipengaruhi oleh apokalipsis-apokalipsis Yahudi tersebut yang sayangnya sudah musnah, yakni karya-karya sastra semacam "Kitab Para Pemantau" (bab 1–36 dari Kitab Henokh), maupun oleh fikrah Yahudi abad pertama sampai abad ke-2 pada umumnya.[55][2] Kemungkinan besar Apokalipsis Petrus mengutip isi karya sastra apokalipsis Yahudi 4 Ezra.[5] Si penulis tampaknya juga sudah tidak asing lagi dengan Injil Matius, tetapi tidak mengenal Injil-Injil lain. Sebuah kalimat di dalam bab 16 mengisahkan bahwa Petrus, mafhum akan makna Sabda Bahagia, menyitir ayat "berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya kerajaan Surga."[56]

Apokalipsis Petrus tampaknya mengutip nas Yehezkiel 37, yakni kisah lembah penuh tulang yang kering-Kerontang. Dalam riwayatnya tentang Kenaikan Yesus, Apokalipsis Petrus juga menyitir Mazmur 24, yang dianggap sebagai Mazmur mesianis yang menubuatkan kedatangan Yesus dan agama Kristen pada zaman Gereja Perdana. Mazmur 24 diberi tafsir kosmologis sebagai nubuat tentang kenaikan Yesus ke dalam Surga.[57]

Baptisan pascamati di danau Akherousia sepertinya dipengaruhi oleh adat orang Yahudi untuk memandikan jenazah sebelum dikubur, suatu amalan yang juga dijalankan oleh umat Kristen Purba. Ada suatu hubungan atau analogi antara pembersihan jiwa pada waktu tutup usia dengan pembersihan jasad, karena Apokalipsis Petrus pada hakikatnya memadukan keduanya.[46]

Meskipun pengaruh dari karya-karya sastra terdahulu sudah banyak dikaji, Eric Beck menegaskan bahwa sebagian besar isi Apokalipsis Petrus tampil beda sendiri di antara karya-karya sastra yang sintas dari kurun waktu tersebut, dan mungkin saja merupakan karya sastra yang unik pada zamannya, alih-alih merupakan karya sastra yang sekadar mengadaptasi karya-karya sastra terdahulu yang sudah musnah.[58] Sebagai contoh, karya-karya sastra Yahudi yang mendahului Apokalipsis Petrus tidak seragam dalam menggambarkan Syeol, alam pratala, tetapi biasanya tidak menakut-nakuti para durjana dengan ancaman siksa neraka, malah lebih sering dengan ancaman kebinasaan kekal, yang justru tidak mengemuka di dalam Apokalipsis Petrus.[59]

Karya sastra sezaman

Mukadimah Apokalipsis Petrus mengisahkan Yesus yang sudah bangkit memberikan pandangan-pandangan yang lebih mendalam kepada para Rasul, diikuti kisah peristiwa kenaikan Yesus. Tampaknya mukadimah semacam ini merupakan suatu kelaziman di dalam karya-karya sastra Kristen abad ke-2, dan dialog di dalam karya-karya sastra tersebut pada umumnya berlangsung di atas sebuah bukit, seperti yang terdapat di dalam Apokalipsis Petrus. Ragam sastranya kadang-kadang disebut "Injil dialog", dan dapat dijumpai di dalam karya-karya sastra seperti Surat Para Rasul, Pertanyaan Bartolomeus, dan berbagai macam karya sastra semisal Pistis Sofia.[56]

Di antara sekian banyak karya tulis yang pada akhirnya menjadi bagian dari kanon Perjanjian Baru, Apokalipsis Petrus tampak sangat mirip dari segi gagasan dengan Surat Petrus yang Kedua, sedemikian miripnya sehingga banyak sarjana yang meyakini bahwa karya tulis yang satu telah menyalin ayat-ayat dari karya tulis yang lain lantaran banyaknya kesejajaran.[60][61] Meskipun Apokalipsis Petrus dan Apokalipsis Yohanes (Wahyu kepada Yohanes) sama-sama adalah karya sastra ragam apokalipsis, Wahyu kepada Petrus lebih menitikberatkan akhirat beserta pahala dan azab ilahi, sementara Wahyu kepada Yohanes lebih banyak menyoroti pertempuran kosmis antara kebaikan melawan kebatilan.[16]

Pengaruh kemudian hari

Dante dan Vergilius di Neraka, salah satu lukisan karya Eugène Delacroix dari tahun 1822. Kemungkinan besar Dante membaca Apokalipsis Petrus dan merujuk kepada karya sastra tersebut di dalam Divina Commedia; Apokalipsis Paulus sarat dengan pengaruh Apokalipsis Petrus.[3][62]

Apokalipsis Petrus merupakan penggambaran terperinci tertua yang sintas tentang surga dan neraka di dalam konteks Kristen. Tampaknya penggambaran tersebut cukup berpengaruh dalam penulisan karya-karya sastra terkemudian, kendati tidak jelas seberapa banyak pengaruh dari Apokalipsis Petrus itu sendiri dan seberapa banyak pengaruh dari karya sastra serupa yang sudah hilang.[8][55]

Orakel Sibila, yang populer di kalangan umat Kristen Romawi, secara langsung menyitir Apokalipsis Petrus.[63][64] Apocriticus karya Makarios Magnes, sebuah karya tulis apologetis Kristen dari abad ke-3, menghadirkan "seorang filsuf pagan" yang menyitir Apokalipsis Petrus, meskipun dalam rangka mendustakan agama Kristen.[65] Penglihatan-penglihatan gaib yang diceritakan di dalam Kisah Thomas, sebuah karya tulis dari abad ke-3, tampaknya juga menyitir atau merujuk kepada Apokalipsis Petrus.[66]

Terjemahan

Terjemahan Apokalipsis Petrus ke dalam bahasa Inggris modern terdapat di dalam:[67]

  • Beck, Eric J. (2019). Frey, Jörg, ed. Justice and Mercy in the Apocalypse of Peter: A New Translation and Analysis of the Purpose of the Text. WUNT 427. Tübingen: Mohr Siebeck. hlm. 66–73. ISBN 978-3-16-159030-6.  (perpaduan terjemahan versi Yunani dan versi Habasyi; tersaji di halaman 98–112 dari tesis Eric J. Beck)
  • Beck, Eric J. (2024). "Translation of the Ethiopic Apocalypse of Peter including the Pseudo-Clementine Framework". Dalam Maier, Daniel C.; Frey, Jörg; Kraus, Thomas J. The Apocalypse of Peter in Context (PDF). Studies on Early Christian Apocrypha 21. Peeters. hlm. 377–400. doi:10.2143/9789042952096 alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-429-5208-9.  (terjemahan dari versi Habasyi saja; bebas diakses)
  • Buchholz, Dennis D. (1988). Your Eyes Will Be Opened: A Study of the Greek (Ethiopic) Apocalypse of Peter. Society of Biblical Literature Dissertation series 97. Atlanta: Scholars Press. hlm. 157–244. ISBN 1-55540-025-6. 
  • Elliott, James Keith (1993). The Apocryphal New Testament. Oxford University Press. hlm. 593–615. ISBN 0-19-826182-9. 
  • Gardiner, Eileen (1989). Visions of Heaven and Hell Before Dante. New York: Italica Press. hlm. 1–12. ISBN 9780934977142. 
  • Kraus, Thomas J.; Nicklas, Tobias (2004). Das Petrusevangelium und die Petrusapokalypse: Die griechischen Fragmente mit deutscher und englischer Übersetzung [Injil Petrus dan Apokalipsis Petrus: Fragmen-Fragmen Yunani Beserta Terjemahannya ke Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris]. GCS N.F. 11 (dalam bahasa Jerman and Inggris). Berlin: De Gruyter. hlm. 118–120. ISBN 978-3110176353. 

Keterangan

  1. ^ bahasa Latin: Apocalypsis Petri, dari bahasa Yunani Kuno: Ἀποκαλύψει τοῦ Πέτρου, translit. Apokalipsei toú Pétrou, artinya "Wahyu kepada Petrus"
  2. ^ Argumen Richard Bauckham untuk mendukung pendapat yang mengatakan bahwa penulisnya adalah seorang Kristen-Yahudi yang berdiam di Palestina semasa pemberontakan Bar Kokba berkecamuk adalah karya tulis tersebut menyinggung soal seorang mesias palsu yang belum ketahuan palsu. Penyebutan si mesias palsu sebagai "pendusta" mungkin saja adalah pelesetan nama asli Bar Kokba, yaitu Bar Kosiba, menjadi Bar Koziba, yang berarti "anak dusta". Yang lebih umum lagi, si penulis tampaknya menulis dari sudut pandang pihak yang teraniaya, lantaran ia mengutuk pihak-pihak yang merenggut nyawa para martir dengan dusta mereka, dan menyifatkan Bar Kokba sebagai orang yang menghukum dan membunuh umat Kristen.[1] Para sarjana yang menganggap argumen Richard Bauckham meyakinkan antara lain adalah Oskar Skarsaune dan Dennis Buchholz.[9][10] Usulan ini tidak diterima semua pihak. Eibert Tigchelaar menyanggah secara tertulis dengan menyifatkan argumen Richard Bauckham sebagai argumen yang tidak meyakinkan, lantaran bisa saja sumber ilham dibalik penulisannya adalah musibah-musibah lain seperti Perang Kitos (tahun 115–117) maupun aniaya-aniaya di tingkat lokal yang sudah dilupakan orang.[11] Para sarjana yang sependapat dengan Eibert Tigchelaar, antara lain adalah Eric Beck dan Tobias Nicklas.[12]
  3. ^ Jan Bremmer menduga bahwa jejak-jejak pengaruh filsafat Yunani menyiratkan bahwa penulis atau penyuntingnya berdiam di Mesir yang lebih terhelenisasi, sekalipun mengerjakan sebuah karya tulis bertema Palestina.[2][3] Klaus Berger dan C.D.G. Müller mendeteksi venerasi kepada Petrus yang sama di dalam karya-karya sastra Kristen Mesir lainnya, maupun rujukan kepada amalan-amalan budaya Mesir; penyebutan oleh Klemens dari Aleksandria mengisyaratkan bahwa karya tulis tersebut populer di Aleksandria, pusat kesusastraan Mesir.[4]
  4. ^ Kisah Paulus dan Tekla adalah karya sastra lainnya yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh nas fragmen Rainer tersebut, kendati keterkaitannya lebih dapat diperdebatkan. M. R. James mendeteksi adanya kesejajaran di dalam bagian yang menceritakan bahwa Tekla berdoa bagi mendiang Falkonila supaya diselamatkan ke surga, tetapi Dennis Buchholz mengemukakan di dalam tulisannya bahwa bagian tersebut hanya sekadar menunjukkan bahwa si penulis sudah tidak asing lagi dengan materi serupa di dalam tradisi Kristen.[23][45]

Rujukan

  1. ^ a b Bauckham 1998, hlm. 160–161.
  2. ^ a b c Bremmer, Jan (2003). "The Apocalypse of Peter: Greek or Jewish?". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 1–14. ISBN 90-429-1375-4. 
  3. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama bremmer2009
  4. ^ a b Müller, Caspar Detlef Gustav (2003). "Apocalypse of Peter". Dalam Schneemelcher, Wilhelm. New Testament Apocrypha: Volume Two: Writings Relating to the Apostles; Apocalypses and Related Subjects. Diterjemahkan oleh Wilson, Robert McLachlan (edisi ke-Revisi). Louisville: Westminster Press. hlm. 620–625. ISBN 0-664-22722-8.  Parameter |orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ a b Maurer 1965, hlm. 664. Bdk. bab 3 Apokalipsis Petrus dengan nas 2 Ezra 5:33-56 (yang disebut 4 Ezra adalah bagian dari kitab 2 Ezra dari bab 3 sampai selesai).
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama clement-pe-quote
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama metzger
  8. ^ a b c Elliott, James Keith (1993). "The Apocalypse of Peter". The Apocryphal New Testament. Oxford University Press. hlm. 593–595. doi:10.1093/0198261829.003.0032. ISBN 0-19-826182-9. 
  9. ^ Skarsaune, Oskar (2007). Skarsaune, Oskar; Hvalvik, Reidar, ed. Jewish Believers in Jesus. Hendrickson Publishers. hlm. 384–388. ISBN 978-1-56563-763-4. 
  10. ^ Buchholz 1988, hlm. 277-278, 408-412.
  11. ^ Tigchelaar, Eibert (2003). "Is the Liar Bar-Kokhba? Considering the Date and Provenance of the Greek (Ethiopic) Apocalypse of Peter". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 63–77. ISBN 90-429-1375-4. 
  12. ^ Beck 2019, hlm. 9-11, 175.
  13. ^ Beck 2019, hlm. 2.
  14. ^ Templat:Ublcb
  15. ^ a b c Van Minnen, Peter (2003). "The Greek Apocalypse of Peter". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 17–28. ISBN 90-429-1375-4. 
  16. ^ a b c d Maurer, Christian (1965). "Apocalypse of Peter". Dalam Schneemelcher, Wilhelm. New Testament Apocrypha: Volume Two: Writings Relating to the Apostles; Apocalypses and Related Subjects. Diterjemahkan oleh Wilson, Robert McLachlan. Philadelphia: Westminster Press. hlm. 663–668.  Parameter |orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) Diterjemahkan dari bahasa Habasyi ke dalam bahasa Jerman oleh Hugo Duensing, diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Inggris oleh David Hill dan R. McL. Wilson.
  17. ^ Templat:Ublcb
  18. ^ a b Bauckham 1998, hlm. 162–163.
  19. ^ Templat:Ublcb
  20. ^ Templat:Ublcb
  21. ^ Buchholz 1988, hlm. 129, 134.
  22. ^ Buchholz 1988, hlm. 145, 153–154.
  23. ^ a b James, M. R. (April 1931). "The Rainer Fragment of the Apocalypse of Peter". The Journal of Theological Studies. os-XXXII (127): 270–279. doi:10.1093/jts/os-XXXII.127.270. 
    Lih. Acts of Paul and Thecla, 28-29.
  24. ^ Kraus, Thomas J.; Nicklas, Tobias (2004). Das Petrusevangelium und die Petrusapokalypse: Die griechischen Fragmente mit deutscher und englischer Übersetzung [Injil Petrus dan Apokalipsis Petrus: Fragmen-Fragmen Yunani Beserta Terjemahannya ke Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris]. GCS N.F. 11 (dalam bahasa Jerman). Berlin: De Gruyter. hlm. 121–122. ISBN 978-3110176353. 
  25. ^ Bauckham 1998, hlm. 147, 162; Buchholz 1988, hlm. 137.
  26. ^ Beck 2019, hlm. 4
  27. ^ Kraus, Thomas J. (2024). "Manuscripts of the Apocalypse of Peter: Some Crucial Questions". Dalam Maier, Daniel C.; Frey, Jörg; Kraus, Thomas J. The Apocalypse of Peter in Context (PDF). Studies on Early Christian Apocrypha 21. Peeters. hlm. 34–52. doi:10.2143/9789042952096 alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-429-5208-9. 
  28. ^ Buchholz 1988, hlm. 429-430.
  29. ^ Ehrman 2022, hlm. 144–154.
  30. ^ Beck 2019, hlm. 56-59.
  31. ^ Untuk memahami perlakuan Perjanjian Baru terhadap ppemanfaatan pohon ara di dalam Lih. Pohon ara dalam Alkitab untuk perlakuan Perjanjian Baru terhadap pohon ara. Argumen di balik pendapat yang mengatakan bahwa Injil Matius adalah sumber pustaka si penulis adalah Apokalipsis Petrus menampakkan kesejajaran dengan nas-nas Injil Matius yang tidak muncul di dalam ayat-ayat paralel pada Injil-Injil sinoptis Markus dan Lukas.
    Bauckham, Richard B. (1985). "The Two Fig Tree Parables in the Apocalypse of Peter". Journal of Biblical Literature. 104 (2): 269–287. doi:10.2307/3260967. JSTOR 3260967. 
  32. ^ a b Bauckham 1998, hlm. 164–168.
  33. ^ Buchholz 1988, hlm. 302-306.
  34. ^ Bauckham 1998, hlm. 221–223; Buchholz 1988, hlm. 292-296, 316.
  35. ^ Burge, Stephen R. (2010). "ZR'L, the Angel of Death and the Ethiopic Apocalypse of Peter". Journal for the Study of the Pseudepigrapha. 19 (3): 217–224. doi:10.1177/0951820710364880. 
  36. ^ Czachesz, István (2003). "The Grotesque Body in the Apocalypse of Peter". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 111–114. ISBN 90-429-1375-4. 
  37. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama buchholz306
  38. ^ Beck 2019, hlm. 88-92.
  39. ^ a b Adamik, Tamás (2003). "The Description of Paradise in the Apocalypse of Peter". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 78–89. ISBN 90-429-1375-4. 
  40. ^ Buchholz 1988, hlm. 362-375.
  41. ^ Beck 2019, hlm. 94-95, 100-102 berpendapat bahwa kesejajaran dengan kisah perubahan rupa Yesus adalah hasil penambahan pada versi Habasyi yang dilakukan belakangan, dan kisah tersebut sebaiknya dipahami sebagai sebuah penceritaan kisah kenaikan; sementara Lapham 2004, hlm. 201-205 berpendapat bahwa penyusun naskah Habasyi mencampuradukkan kisah perubahan rupa dengan kisah kenaikan, tetapi lebih merupakan sebuah penceritaan kisah perubahan rupa.
  42. ^ a b c d Bauckham 1998, hlm. 145–146, 232–235.
  43. ^ Charlesworth, James, ed. (1983). "The Sibylline Oracles". The Old Testament Pseudepigrapha Volume 1. Diterjemahkan oleh Collins, John J. Doubleday. hlm. 353. ISBN 0-385-09630-5. 
  44. ^ James 1931, hlm. 272-273; Buchholz 1988, hlm. 47-48, 58-62; Bauckham 1998, hlm. 147–148.
  45. ^ Buchholz 1988, hlm. 51-53.
  46. ^ a b Copeland, Kirsti B. (2003). "Sinners and Post-Mortem 'Baptism' in the Acherusian Lake". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 91–107. ISBN 90-429-1375-4. 
  47. ^ Beck 2019, hlm. 56; Buchholz 1988, hlm. 348-351, 385-386.
  48. ^ Bauckham 1998, hlm. 147–148.
  49. ^ Beck 2019, hlm. 156-159.
  50. ^ James, M. R. (1924). Wikisource link to The Apocryphal New Testament. Oxford: Clarendon Press. Wikisource. p. 520.  Wikisource link [scan]
  51. ^ Beck 2019, hlm. 22-25.
  52. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ehrman-fcf
  53. ^ Ehrman 2022, hlm. 1, 71-72.
  54. ^ Dieterich, Albrecht (1893). Nekyia: Beiträge zur Erklärung der neuentdeckten Petrusapokalypse [Nekyia: Contributions to the understanding of the newly-discovered Apocalypse of Peter] (dalam bahasa Jerman). Leipzig: B. G. Teubner. 
  55. ^ a b Himmelfarb, Martha (1983). Tours of Hell: An Apocalyptic Form in Jewish and Christian Literature. University of Pennsylvania Press. hlm. 8-11, 16-17, 41-45, 66-69, 127, 169-171. ISBN 0-8122-7882-8. 
  56. ^ a b Bauckham 1998, hlm. 168–176, 208–209.
  57. ^ Van Ruiten, Jacques (2003). "The Old Testament Quotations in the Apocalypse of Peter". Dalam Bremmer, Jan N.; Czachesz, István. The Apocalypse of Peter. Peeters. hlm. 158–173. ISBN 90-429-1375-4. 
  58. ^ Beck 2019, hlm. 27-28, 79-80.
  59. ^ Jost, Michael R. (2024). "Judgment, Punishment, and Hell in the Dead Sea Scrolls and the Apocalypse of Peter". Dalam Maier, Daniel C.; Frey, Jörg; Kraus, Thomas J. The Apocalypse of Peter in Context (PDF). Studies on Early Christian Apocrypha 21. Peeters. hlm. 132–152. doi:10.2143/9789042952096 alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-429-5208-9. 
  60. ^ Templat:Ublcb
  61. ^ Bremmer, Jan (2024). "The Apocalypse of Peter, 2 Peter and Sibylline Oracles II. Alexandrian Debates?". Dalam Maier, Daniel C.; Frey, Jörg; Kraus, Thomas J. The Apocalypse of Peter in Context (PDF). Studies on Early Christian Apocrypha 21. Peeters. hlm. 153–177. doi:10.2143/9789042952096 alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-429-5208-9. 
  62. ^ Silverstein, Theodore (1935). Visio Sancti Pauli: The history of the Apocalypse in Latin, together with nine texts. London: Christophers. hlm. 3–5, 91. 
  63. ^ Khususnya Orakel Sibila Parwa 2, ayat 225 dan seterusnya. Lih. Collins 1983, hlm. 350-353 untuk terjemahannya.
  64. ^ Beck 2019, hlm. 84-88. Adamik 2003 adalah opini sanggahan yang mengatakan bahwa Orakel Sibila tidak menyitir Apokalipsis Petrus, tetapi analisis mikroskop fragmen Rainer belakangan mengisyaratkan bahwa transkripsi alternatif yang dijadikan landasan argumen Adamik tidak akurat.
  65. ^ Buchholz 1988, hlm. 29-34
  66. ^ Buchholz 1988, hlm. 53-54. Untuk opini sanggahan, untuk menjelaskan kemiripan-kemiripannya, Martha Himmelfarb mengemukakan bahwa baik Kisah Tomas maupun Apokalipsis Petrus menyarikan gagasan-gagasannya dari tradisi-tradisi Yahudi terdahulu yang sama. Lih. Himmelfarb 1983, hlm. 12-13.
  67. ^ Pardee, Cambry (February 2017). "Apocalypse of Peter". e-Clavis: Christian Apocrypha. Diakses tanggal 10 June 2024. 

Kepustakaan

  • Bauckham, Richard B. (1998). The Fate of the Dead: Studies on the Jewish and Christian Apocalypses. Supplements to Novum Testamentum 93. Leiden: Brill. ISBN 9781589832886. 
  • Beck, Eric J. (2019). Frey, Jörg, ed. Justice and Mercy in the Apocalypse of Peter: A New Translation and Analysis of the Purpose of the Text. WUNT 427. Tübingen: Mohr Siebeck. doi:10.1628/978-3-16-159031-3. ISBN 978-3-16-159030-6. 
  • Bremmer, Jan N.; Czachesz, István, ed. (2003). The Apocalypse of Peter. Studies on Early Christian Apocrypha 7. Peeters. ISBN 90-429-1375-4. 
  • Buchholz, Dennis D. (1988). Your Eyes Will Be Opened: A Study of the Greek (Ethiopic) Apocalypse of Peter. Society of Biblical Literature Dissertation series 97. Atlanta: Scholars Press. ISBN 1-55540-025-6. 
  • Ehrman, Bart (2022). Journeys to Heaven and Hell: Tours of the Afterlife in the Early Christian Tradition. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 978-0-300-25700-7. 
  • Maier, Daniel C.; Frey, Jörg; Kraus, Thomas J., ed. (2024). The Apocalypse of Peter in Context (PDF). Studies on Early Christian Apocrypha 21. Peeters. doi:10.2143/9789042952096 alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-429-5208-9. 

Pranala luar

  • Wikisource logo Karya yang berkaitan dengan Apocalypse of Peter di Wikisource, terjemahan M. R. James di dalam buku The Apocryphal New Testament yang terbit tahun 1924, disertai kutipan-kutipan dari Orakel Sibila dan risalah-risalah Gereja Purba
  • Apokalipsis Petrus (isi fragmen Akhmim yang berbahasa Yunani), dialihaksarakan oleh Mark Goodacre dari edisi Erich Klostermann (HTML, Word, PDF)
  • "Apokalipsis Petrus", tinjauan dan kepustakaan oleh Cambry Pardee. NASSCAL: e-Clavis: Sastra Kristen Apokrif.
  • Daftar pustaka mengenai Apokalipsis Petrus, oleh Eileen Gardiner